Blog Literasi. Setiap anak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan fitrah, artinya manusia lahir membawa fitrah beragama dan potensi berbuat baik. Fitrah inilah yang membedakan antara manusia dan makhluk Allah lainnya. Fitrah dan potensi yang sudah ada semenjak dilahirkan itu tidak akan berkembang secara optimal tanpa adanya pemeliharaan dan bimbingan.
Bimbingan untuk pengembangan fitrah dan potensi yang masih berupa bibit atau benih itu dapat melalui proses pendidikan. Seorang anak harus dipandu dan diarahkan agar mereka tidak menyimpang dari fitrah dan potensinya yang sudah mereka bawa semenjak lahir dengan memberikan pendidikan.
Kegiatan dan proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja sama dan saling mendukung untuk hasil yang maksimal dalam membentuk kepribadian seorang anak yang baik dan sholeh.
Lingkungan pertama yang punya peran adalah lingkungan keluarga, disinilah anak dilahirkan,di rawat dan dibesarkan. Disinilah proses pendidikan berawal, orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena orang tua (ayah) adalah orang yang pertama kali melafazdkan adzan dan iqomah ditelinga anak di awal kelahirannya. Orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya. Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosial dengan lingkungan sekitarnya.
Orang tua, ibu khususnya karena seorang ibu yang biasanya punya banyak waktu bersama anak dirumah, bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, jika seorang ibu mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana anak belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih suci.
Masa-masa anak hanya berinteraksi dengan anggota keluarga, ini adalah saat yang tepat bagi orang tua untuk membentuk karakter seorang anak. Orang tualah yang mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari dirumah yang merupakan teladan bagi anak.
Disadari atau tidak oleh orang tua, gerak gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu bahkan setiap saat dilihat, dirasakan dan di dengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka.
Kalau materi yang sering diterima anak baik, sebuah keluarga yang harmonis, hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang, secara otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan tertransfer kedalam diri anak, disaat itu bisa dikatakan orang tua telah berhasil menjadi seorang guru yang bagi anaknya. Namun jika materi yang sering diterima anak tidak baik, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perhatian dan kasih sayang yang kurang karena orang tua sibuk dengan urusan masing-masing, ucapan-ucapan yang tidak baik, disaat itu orang tua telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi anak.
Proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu seharusnya setiap orang tua harus mampu memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk membentuk pribadi yang sempurna.
Setiap orang tua selalu mengatakan dan berharap punya anak yang baik dan sholeh. Jadi untuk mewujudkan keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua sekaligus guru bagi anak dirumah, dengan menyajikan materi-materi yang mereka butuhkan yaitu suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan kekerasan, kasih sayang dan perhatian yang cukup dari sosok seorang ibu dan ayah (jadilah ayah dan ibu ideal bagi anak-anak anda).
Selanjutnya agar fitrah dan potensi anak semakin berkembang dan terarah, yang mungkin dalam hal ini orang tua punya keterbatasan, anak mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru di sekolah sebagai lembaga pendidikan secara formal. Disini anak di didik dan dibimbing oleh seorang guru, dan anak berinteraksi dengan teman sebaya.
Di sekolah terlihat hasil dari pola asuh orang tua dirumah sebelum anak terjun ke lingkungan sekolah. Ada anak yang baik dan punya sopan santun, dan ada juga yang terbiasa berkata tidak sopan dan banyak lagi macam karakter-karakter anak yang lain. Semua model karakter anak tersebut adalah hasil dari didikan orang tua dirumah.
Sesuatu yang ditanamkan dan dibiasakan oleh orang tua sebagai dasar karakter anak itulah yang kelihatan dalam diri anak pada tahap berikutnya. Perbedaan-perbedaan ini bisa terlihat ketika anak-anak berkumpul dan bergabung jadi satu, di sanalah terlihat bermacam-macam kepribadian dan karakter mereka.
Tugas guru disini membantu orang tua untuk membimbing dan mengembangkan potensi anak agar lebih terarah. Sekali lagi sifatnya hanya membantu, semaksimal apapun usaha yang dilakukan seorang guru tanpa bantuan dari orang tua hasilnya sia-sia. Karena waktu guru bersama anak dan orang tua bersama anak berbanding 25% dan 75%. Anak lebih kurang hanya punya waktu 25% perhari bersama guru di sekolah, sisanya 75% lagi anak menghabiskan waktu bersama orang tua dirumah. Lagi pula saat anak berada di sekolah, seorang guru tidak akan mampu memperhatikan anak didiknya satu persatu yang kadang jumlahnya melebihi kapasitas, dan dalam masalah ini guru tidak punya wewenang apa-apa, guru hanya menjalankan tugas mengajar dan menjadi seorang pendidik.
Intinya walaupun anak sudah diserahkan ke sekolah bukan berarti urusan pendidikan anak adalah tanggung jawab sekolah dan orang tua lepas tangan dan melalaikan pendidikan anak. Yang harus dilakukan adalah orang tua menjalin kerja sama dan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah atau guru, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendidik anak.
Setelah orang tua dibantu oleh guru di sekolah, selanjutnya anak akan masuk pada lingkungan sosial yaitu masyarakat. Kematangan anak untuk masuk pada lingkungan masyarakat tidak terlepas dari peran orang tua. Tentunya orang tua telah mempersiapkan anaknya untuk memasuki lingkungan masyarakat, di sekolah juga anak telah belajar hidup bersosial dengan adanya interaksi antara anak yang satu dengan yang lainnya. Pelajaran yang diperoleh anak dari orang tua dan guru menjadi bekal bagi anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
Tugas lingkungan masyarakat adalah memelihara dan melestarikan apa yang sudah dimiliki anak, dengan cara menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat dan bebas dari penyimpangan-penyimpangan yang bisa merusak jiwa anak. Usaha ini masih titik awalnya berasal dari setiap orang tua, karena masyarakat itu merupakan gabungan dari satu keluarga dengan keluarga lainnya. Apabila setiap orang tua yang ada di satu lingkungan yang disebut masyarakat sudah melaksanakan kewajiban, tugas dan tanggung jawab masing-masing pada anaknya niscaya akan tercipta lingkungan yang baik dan sehat selanjutnya anak juga akan berkembang dengan baik dan sempurna.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa titik awal dari pembentukan kepribadian seorang anak dan masyarakat adalah orang tua. Seandainya setiap orang tua menyadari tugas dan tanggung jawabnya serta mampu menjadi guru pertama bagi anak-anaknya, mungkin akan terlahir generasi muda yang punya kepribadian tangguh dan anak-anak sholeh.
Untuk menyudahi catatan kecil ini saya kutip arti sebuah hadits yang sudah tidah asing lagi dan sudah sering didengar, mudah-Mudahan bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua
“Abu hurairah ra. menceritakan, bahwa nabi saw pernah bersabda: tidak ada seorang anak pun yang lahir ke dunia ini kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, majusi dan nasrani. (hr. Bukhori)”
Ditulis oleh: Ainun Jariah,S.Pdi, Guru di Batam
Orang Tua adalah Guru Pertama dan Utama